Bagi banyak orang yang ingin berinvestasi dengan risiko rendah, dua instrumen yang sering dipertimbangkan adalah obligasi dan deposito. Keduanya sama-sama populer karena menawarkan imbal hasil yang relatif stabil dan cocok bagi investor konservatif. Namun, di balik kesamaan itu, obligasi dan deposito memiliki perbedaan mendasar yang perlu dipahami sebelum menentukan pilihan.
Artikel ini akan membahas perbedaan obligasi dan deposito, beserta kelebihan, kekurangan, serta pertimbangan mana yang lebih menguntungkan sesuai profil investasi Anda.
Apa Itu Obligasi?
Obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan untuk menghimpun dana dari investor. Sebagai gantinya, penerbit obligasi akan membayar kupon (bunga) secara berkala, serta mengembalikan pokok investasi saat jatuh tempo.
Ciri utama obligasi:
- Diterbitkan oleh pemerintah (ORI, SBR, Sukuk Ritel) atau perusahaan (obligasi korporasi).
- Kupon dibayarkan rutin (bulanan, kuartalan, atau tahunan).
- Ada jatuh tempo tertentu, misalnya 3–10 tahun.
- Bisa diperdagangkan di pasar sekunder (harga bisa naik/turun).
Apa Itu Deposito?
Deposito adalah produk simpanan di bank dengan jangka waktu tertentu (misalnya 1, 3, 6, atau 12 bulan) yang menawarkan bunga lebih tinggi daripada tabungan biasa.
Ciri utama deposito:
- Diterbitkan oleh bank.
- Bunga dibayarkan sesuai ketentuan bank (bulanan atau saat jatuh tempo).
- Tidak bisa dicairkan sebelum jatuh tempo, kecuali dengan penalti.
- Dijamin oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan) hingga Rp2 miliar per nasabah per bank, dengan syarat bunga sesuai ketentuan LPS.
Perbedaan Obligasi dan Deposito
Aspek |
Obligasi |
Deposito |
Penerbit |
Pemerintah/Perusahaan |
Bank |
Instrumen |
Surat utang (efek) |
Produk perbankan |
Keuntungan |
Kupon (bunga) + potensi capital gain |
Bunga tetap sesuai ketentuan bank |
Risiko |
Risiko pasar (harga turun), gagal bayar (pada obligasi korporasi) |
Risiko relatif rendah, dijamin LPS (hingga Rp2 miliar) |
Likuiditas |
Bisa diperdagangkan di pasar sekunder |
Tidak likuid, pencairan sebelum jatuh tempo kena penalti |
Jangka Waktu |
Umumnya menengah–panjang (3–10 tahun) |
Pendek–menengah (1–12 bulan) |
Pajak |
Kupon obligasi dikenakan pajak final 10% |
Bunga deposito dikenakan pajak final 20% |
Mana yang Lebih Menguntungkan?
- Jika mengutamakan keamanan:
Deposito lebih aman karena dijamin LPS, meski return lebih rendah. Cocok untuk investor yang sangat konservatif. - Jika ingin imbal hasil lebih tinggi:
Obligasi (terutama obligasi ritel pemerintah) lebih unggul karena menawarkan kupon lebih besar dibanding bunga deposito. Pajak kupon obligasi (10%) juga lebih rendah daripada pajak bunga deposito (20%). - Jika butuh fleksibilitas:
Obligasi bisa dijual di pasar sekunder untuk mendapatkan capital gain, sementara deposito kurang fleksibel karena terikat jangka waktu.
Kesimpulan
Baik obligasi maupun deposito memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Deposito unggul dari sisi keamanan dengan perlindungan LPS, sedangkan obligasi menawarkan imbal hasil lebih tinggi dan potensi capital gain.
Bagi investor konservatif, deposito bisa menjadi pilihan untuk dana darurat atau jangka pendek. Namun, bagi Milenial dan Gen Z yang ingin return lebih optimal dengan risiko tetap terkendali, obligasi ritel pemerintah (ORI, SBR, Sukuk Ritel) bisa menjadi opsi lebih menguntungkan.
Untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai dunia investasi, jangan lupa untuk follow media sosial BRI Danareksa Sekuritas: Instagram @bridanareksa, YouTube BRI Danareksa Sekuritas, TikTok @bridsofficial, dan Telegram BRIDS Official Channel. Stay updated!
Ingin mencoba investasi obligasi dengan mudah dan aman?
Gunakan aplikasi BRIGHTS by BRI Danareksa Sekuritas untuk membeli obligasi ritel seperti ORI, SBR, dan Sukuk Ritel yang dijamin pemerintah.