Bagi banyak investor pemula, kondisi pasar saham yang sedang naik atau bullish sering dianggap sebagai momen terbaik untuk membeli saham. Namun, tidak sedikit juga yang justru masuk di harga puncak dan akhirnya mengalami koreksi tajam.
Jadi, apakah membeli saham saat market naik merupakan peluang emas atau justru risiko besar? Artikel ini akan membahas cara cerdas menyikapi tren pasar naik, lengkap dengan tips praktis agar kamu tidak salah langkah.
Mengapa Market Naik Bisa Jadi Peluang
- Momentum Positif dari Ekonomi
Saat indeks saham naik, biasanya kondisi ekonomi sedang membaik — seperti inflasi terkendali, suku bunga stabil, dan laporan keuangan emiten menunjukkan pertumbuhan. Ini bisa menjadi sinyal positif untuk masuk pasar. - Investor Optimistis
Dalam tren naik, kepercayaan investor meningkat, sehingga volume transaksi cenderung tinggi. Hal ini membuka peluang untuk capital gain jangka pendek. - Arah Tren Lebih Jelas
Dalam kondisi bullish, tren harga saham lebih mudah diprediksi karena mayoritas bergerak naik. Ini mengurangi risiko salah arah, terutama bagi trader teknikal.
Namun, Market Naik Juga Menyimpan Risiko
- Harga Sudah Terlalu Tinggi (Overvalued)
Banyak saham naik karena euforia pasar, bukan karena fundamental kuat. Jika kamu membeli di harga puncak, risiko correction atau penurunan harga menjadi besar. - Euforia Bisa Menyesatkan
Ketika semua orang membeli, muncul fear of missing out (FOMO). Investor pemula sering masuk tanpa analisis matang dan akhirnya rugi saat harga berbalik turun. - Potensi Koreksi Tiba-Tiba
Pasar bisa berubah cepat akibat faktor eksternal seperti kebijakan bank sentral, kondisi geopolitik, atau perubahan harga komoditas.
Tips Cerdas Membeli Saham Saat Market Naik
- Fokus pada Saham Fundamentally Kuat
Pilih saham dengan kinerja keuangan solid — laba konsisten, utang terkendali, dan prospek industri positif. Hindari saham yang naik terlalu cepat tanpa alasan jelas.
- Gunakan Strategi Dollar Cost Averaging (DCA)
Daripada membeli sekaligus, lakukan pembelian bertahap. Dengan strategi DCA, kamu bisa meratakan harga beli dan mengurangi risiko masuk di harga terlalu tinggi.
- Perhatikan Valuasi Saham
Gunakan rasio seperti PER (Price to Earnings Ratio) dan PBV (Price to Book Value) untuk menilai apakah harga saham sudah terlalu mahal.
- Tetapkan Target dan Batas Risiko
Sebelum membeli, tentukan target profit dan stop loss. Langkah ini penting agar kamu tidak terbawa emosi saat harga berfluktuasi.
- Hindari FOMO
Jangan terburu-buru ikut tren hanya karena banyak yang membeli saham tertentu. Pastikan keputusanmu berdasarkan analisis, bukan opini pasar.
Contoh Kasus: Beli Saham BBRI Saat Tren Naik
Misalnya, saham BBRI naik dari Rp5.000 ke Rp5.400 karena laporan keuangan kuat dan sentimen positif sektor perbankan.
- Jika kamu masuk setelah analisis menunjukkan tren masih kuat dan valuasi masih wajar, peluang profit tetap ada.
- Namun jika kamu masuk hanya karena ikut-ikutan, dan harga sudah overvalued, kamu bisa rugi saat koreksi tiba.
Kesimpulan
Membeli saham saat market naik bisa menjadi peluang jika dilakukan dengan strategi dan analisis yang matang. Namun, tanpa perhitungan, kondisi ini bisa menjadi risiko besar.
Kuncinya adalah memahami fundamental, disiplin terhadap rencana investasi, dan tidak terbawa euforia pasar.
Ingin belajar mengelola portofolio saham dengan strategi cerdas di saat market naik maupun turun?
Gunakan aplikasi BRIGHTS by BRI Danareksa Sekuritas, platform investasi terpercaya untuk saham, reksadana, dan obligasi yang mudah digunakan serta diawasi OJK.
Untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai dunia investasi, jangan lupa untuk follow media sosial BRI Danareksa Sekuritas: Instagram @bridanareksa, YouTube BRI Danareksa Sekuritas, TikTok @bridsofficial, dan Telegram BRIDS Official Channel. Stay updated!
Siap mencoba investasi saham dengan strategi yang sesuai profil risikomu?
Gunakan aplikasi BRIGHTS by BRI Danareksa Sekuritas untuk membeli saham, reksadana, dan obligasi dengan aman, mudah, dan transparan.