Ketika ekonomi memasuki masa sulit dan ketidakpastian meningkat (resesi), investor dituntut untuk lebih cermat dalam memilih instrumen yang aman dan tetap menghasilkan. Dalam situasi seperti ini, investasi obligasi saat resesi menjadi salah satu strategi paling rasional dan diminati.
Obligasi tidak hanya menawarkan stabilitas arus kas melalui kupon tetap, tetapi juga memberikan perlindungan nilai terhadap volatilitas pasar yang biasanya melonjak selama perlambatan ekonomi.
Mengapa Resesi Mendorong Peralihan ke Obligasi?
Resesi umumnya ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat, meningkatnya pengangguran, hingga menurunnya konsumsi rumah tangga. Dalam situasi ini, pasar saham sering kali mengalami tekanan, membuat investor mencari safe haven yang lebih menjanjikan.
Obligasi, terutama obligasi pemerintah, biasanya menjadi primadona saat kondisi ekonomi penuh ketidakpastikan dikarenakan:
- Pendapatan tetap: Obligasi memberikan kupon (bunga) secara berkala, terlepas dari kondisi pasar.
- Risiko lebih rendah: Dibandingkan dengan saham, harga obligasi lebih stabil, apalagi jika diterbitkan oleh pemerintah.
- Likuiditas cukup baik: Beberapa jenis obligasi seperti ORI dan SBN bisa diperjualbelikan di pasar sekunder sehingga memudahkan untuk dicairkan saat keadaan mendesak.
- Prioritas pembayaran: Dalam kasus kebangkrutan yang dialami suatu perusahaan, pemegang obligasi umumnya memiliki prioritas pembayaran yang lebih tinggi dibandingkan pemegang saham. Ini berarti ada kemungkinan lebih besar bagi Anda untuk mendapatkan kembali investasi pokok Anda.
Jenis Obligasi yang Cocok Saat Resesi
Berikut beberapa pilihan investasi aman obligasi yang patut dipertimbangkan saat kondisi ekonomi tidak pasti:
1. Obligasi Pemerintah
Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah seperti SBN (Surat Berharga Negara), ORI, atau Sukuk Ritel seringkali dianggap paling aman karena instrumen ini didukung oleh APBN sehingga memiliki risiko gagal bayar yang sangat rendah.
2. Obligasi Korporasi dengan Rating Tinggi
Jika tertarik dengan imbal hasil lebih tinggi, obligasi korporasi bisa menjadi pilihan. Namun pastikan hanya memilih perusahaan dengan peringkat "investment grade" (misalnya, AAA, AA, A, BBB) menunjukkan risiko gagal bayar yang lebih rendah.
3. Obligasi dengan Tenor Pendek
Obligasi jangka pendek cenderung kurang sensitif terhadap perubahan suku bunga dan memiliki risiko yang lebih rendah. Namun, obligasi jangka panjang mungkin menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi jika Anda bersedia menanggung risiko suku bunga.
Investasi Aman Obligasi: Strategi Saat Resesi
Saat resesi, bank sentral cenderung menurunkan suku bunga acuan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Penurunan suku bunga ini dapat memberikan keuntungan bagi pemegang obligasi yang sudah ada, karena nilai obligasi dengan kupon yang lebih tinggi menjadi lebih menarik.
Namun, perlu diingat bahwa tidak ada investasi yang benar-benar bebas risiko. Obligasi juga memiliki risiko, seperti:
- Risiko Suku Bunga: Jika suku bunga naik, nilai obligasi yang sudah Anda pegang (dengan kupon lebih rendah) bisa mengalami penurunan.
- Risiko Inflasi: Jika inflasi terlalu tinggi dan melebihi tingkat bunga obligasi, daya beli dari pendapatan bunga Anda bisa terkikis.
- Risiko Kredit/Gagal Bayar: Meskipun rendah untuk obligasi berkualitas tinggi, selalu ada kemungkinan penerbit gagal membayar kupon maupun pokoknya.
Investasi obligasi dapat menjadi strategi yang cerdas dan relatif aman untuk melindungi aset Anda dan bahkan mencari peluang di tengah ketidakpastian resesi. Dengan stabilitas pendapatan dan prioritas pembayaran, obligasi menawarkan bantalan yang dibutuhkan saat pasar bergejolak.
Namun, seperti halnya investasi lainnya, riset mendalam dan pemahaman risiko adalah kunci untuk membuat keputusan yang tepat dan mencapai tujuan finansial Anda.
Follow media sosial resmi BRI Danareksa Sekuritas agar tetap update dengan dunia seputar market dan ada berbagai program seru berhadiah hanya untuk Anda!
Mulai investasi sekarang klik button dibawah ini, Anda siap investasi untuk lebih cepat wujudkan merdeka finansial.