Pembangunan infrastruktur menjadi salah satu prioritas utama pemerintah Indonesia dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Mulai dari pembangunan jalan tol, jembatan, pelabuhan, hingga proyek besar seperti Ibu Kota Nusantara (IKN), semuanya tak bisa lepas dari peran penting sektor konstruksi. Kondisi ini menjadikan saham konstruksi sebagai salah satu sektor yang menarik untuk dipertimbangkan dalam portofolio investasi.
Namun, seiring peluang yang besar, risiko yang melekat pada sektor ini juga tak sedikit. Artikel ini akan mengulas secara menyeluruh prospek, potensi cuan, serta tantangan yang harus diwaspadai dalam berinvestasi di saham-saham konstruksi.
Mengapa Saham Konstruksi Layak Dilirik?
- Dukungan Pemerintah
Pemerintah mengalokasikan anggaran infrastruktur yang cukup besar setiap tahun. Proyek-proyek strategis nasional (PSN) dan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi pendorong utama pendapatan emiten konstruksi, terutama BUMN karya.
- Multipier Effect Ekonomi
Sektor konstruksi berdampak langsung terhadap banyak sektor lainnya seperti semen, baja, logistik, dan tenaga kerja. Oleh karena itu, kebangkitan saham konstruksi sering menjadi sinyal awal pemulihan ekonomi nasional.
- Valuasi Menarik
Banyak saham konstruksi saat ini diperdagangkan di bawah nilai bukunya (PBV < 1). Hal ini membuka potensi untuk rebound, terutama jika kondisi fiskal dan pendanaan membaik.
Tantangan dan Risiko Saham Konstruksi
- Utang yang Tinggi
Mayoritas emiten konstruksi, terutama BUMN karya, memiliki struktur utang yang berat karena model bisnis yang padat modal. Investor perlu memperhatikan rasio DER (Debt to Equity Ratio) saat menganalisis laporan keuangan.
- Keterlambatan Proyek
Risiko keterlambatan proyek akibat cuaca, hambatan birokrasi, atau kendala pendanaan seringkali berdampak pada kinerja keuangan.
- Arus Kas Negatif
Meskipun omzet terlihat tinggi, banyak emiten konstruksi mengalami arus kas operasi negatif akibat sistem pembayaran bertahap dari pemerintah atau mitra proyek. Hal ini menyebabkan ketergantungan pada pinjaman jangka pendek.
- Ketergantungan pada Kebijakan Pemerintah
Sebagian besar proyek yang bernilai besar adalah proyek negara. Jika ada penundaan atau pemangkasan anggaran, kinerja emiten konstruksi bisa langsung terdampak.
Strategi Cerdas dalam Berinvestasi di Saham Konstruksi
Berinvestasi di saham konstruksi tidak bisa disamakan dengan membeli saham sektor konsumer atau perbankan. Sifat bisnis yang bergantung pada proyek jangka panjang, fluktuasi anggaran negara, dan tantangan operasional membuat sektor ini unik. Oleh karena itu, investor perlu pendekatan yang lebih strategis dan hati-hati.
Berikut adalah beberapa langkah cerdas yang dapat membantu Anda memaksimalkan peluang sekaligus meminimalkan risiko saat berinvestasi di saham konstruksi:
- Pilih Emiten yang Sehat Secara Keuangan
Jangan tergoda hanya karena harga saham murah. Cek rasio utang terhadap ekuitas (DER), arus kas dari aktivitas operasi, dan margin laba. Emiten yang kuat secara finansial akan lebih tahan terhadap tekanan pasar dan keterlambatan proyek.
- Lihat Backlog Proyek
Backlog mencerminkan potensi pendapatan ke depan. Perusahaan dengan backlog besar dan pertumbuhan backlog tahunan yang konsisten menunjukkan prospek proyek yang menjanjikan.
- Perhatikan Keterlibatan dalam Proyek Pemerintah
Emiten yang banyak menangani proyek strategis nasional (PSN) atau pembangunan IKN cenderung memiliki pipeline proyek jangka panjang. Ini bisa menjadi sinyal positif untuk kestabilan pendapatan, meskipun tetap perlu diperhatikan skema pembayaran dan lainnya.
- Cermati Arus Kas, Bukan Hanya Laba
Banyak emiten konstruksi terlihat untung secara laporan laba-rugi, namun arus kasnya negatif. Ini bisa jadi tanda adanya pembayaran yang macet atau terlalu banyak piutang proyek.
- Diversifikasi Portofolio Saham
Karena saham konstruksi tergolong siklikal dan rentan terhadap dinamika fiskal serta makroekonomi, sebaiknya tidak dijadikan satu-satunya sektor dalam portofolio. Gabungkan dengan sektor stabil seperti konsumer atau perbankan.
Rekomendasi Saham Konstruksi di BEI
Berikut adalah beberapa saham konstruksi di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menarik untuk dipertimbangkan, berdasarkan kinerja keuangan terbaru (per 31 Maret 2025):
No. |
Kode Saham |
Nama Perusahaan |
Arus Kas Operasi (TTM) |
ROE |
DER |
Kapitalisasi Pasar (10/06/2025) |
PER (TTM) (26/05/2025) |
1 |
TOTL |
PT Total Bangun Persada Tbk. |
Rp469 M |
22,80% |
- |
Rp2,30 T |
7,98x |
2 |
BUKK |
PT Bukaka Teknik Utama Tbk. |
Rp561 M |
9,79% |
0,51x |
Rp2,17 T |
4,25x |
3 |
PBSA |
PT Paramita Bangun Sarana Tbk. |
Rp143 M |
26,66% |
- |
Rp1,24 T |
5,82x |
4 |
NRCA |
PT Nusa Raya Cipta Tbk. |
Rp124 M |
7,61% |
0,14x |
Rp794 M |
8,37x |
Disclaimer: Informasi yang disediakan dalam artikel ini hanya untuk tujuan informasi dan tidak dimaksudkan sebagai saran investasi. Semua keputusan investasi merupakan tanggung jawab masing-masing investor. Penulis tidak bertanggung jawab atas kerugian yang mungkin timbul dari penggunaan informasi ini.
Investasi di saham konstruksi bisa menjadi langkah strategis di tengah geliat pembangunan nasional. Potensi cuannya besar, terutama jika proyek-proyek pemerintah terealisasi dengan baik.
Namun, sektor ini bukan tanpa tantangan. Investor perlu lebih cermat dalam memilih emiten dan membaca arah kebijakan pemerintah. Kombinasi analisis fundamental dan manajemen risiko yang baik adalah kunci sukses berinvestasi di sektor ini.