Investasi saham bukan hanya soal membaca laporan keuangan atau analisis teknikal. Faktor psikologis juga memiliki peran besar dalam memengaruhi keputusan investor. Banyak penelitian di bidang behavioral finance menunjukkan bahwa emosi dan bias kognitif seringkali membuat investor tidak rasional.
Artikel ini membahas 5 faktor psikologis utama yang memengaruhi keputusan investasi saham, agar kamu bisa lebih sadar dan mengambil langkah lebih bijak dalam berinvestasi.
1. Fear of Missing Out (FOMO)
FOMO terjadi ketika investor merasa takut ketinggalan peluang. Misalnya, saat harga saham tertentu naik tajam, banyak investor terburu-buru membeli tanpa analisis mendalam.
Dampak:
- Membeli di harga puncak (buy high, sell low).
- Terjebak dalam pom-pom saham atau saham gorengan.
Cara Mengatasi:
Tetap berpegang pada strategi investasi yang jelas dan jangan mudah terbawa euforia pasar.
2. Overconfidence Bias
Overconfidence bias adalah kondisi ketika investor terlalu percaya diri dengan kemampuan analisisnya. Hal ini bisa menyebabkan keputusan yang terlalu agresif.
Dampak:
- Melakukan transaksi berlebihan (overtrading).
- Mengabaikan risiko karena merasa selalu benar.
Cara Mengatasi:
Gunakan data objektif, disiplin pada money management, dan tetap terbuka pada kemungkinan salah analisis.
3. Loss Aversion
Investor cenderung lebih takut rugi daripada senang mendapat untung, meski jumlahnya sama. Akibatnya, banyak investor menahan saham rugi terlalu lama dengan harapan harga akan kembali naik.
Dampak:
- Portofolio terjebak saham yang terus merugi.
- Kehilangan peluang pada saham lain yang lebih potensial.
Cara Mengatasi:
Gunakan stop loss untuk membatasi kerugian dan lebih fokus pada potensi jangka panjang.
4. Herding Behavior (Ikut-Ikutan)
Banyak investor yang mengambil keputusan hanya karena mengikuti mayoritas atau tren pasar, tanpa analisis sendiri.
Dampak:
- Membeli saham yang sedang digoreng.
- Ikut panik menjual saat pasar terkoreksi, meski fundamental perusahaan tetap bagus.
Cara Mengatasi:
Selalu lakukan analisis fundamental dan teknikal sebelum membeli, serta pastikan saham sesuai dengan tujuan investasi.
5. Anchoring Bias
Anchoring bias terjadi ketika investor terlalu terpaku pada satu informasi awal (misalnya harga beli) dan sulit menyesuaikan keputusan meski ada informasi baru.
Dampak:
- Menolak menjual saham yang sudah tidak sehat hanya karena berharap harga kembali ke harga beli.
- Tidak fleksibel dalam menyesuaikan strategi investasi.
Cara Mengatasi:
Evaluasi portofolio secara rutin, dan buat keputusan berdasarkan data terbaru, bukan hanya informasi lama.
Kesimpulan
Keputusan investasi saham tidak hanya ditentukan oleh analisis rasional, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti FOMO, overconfidence, loss aversion, herding behavior, dan anchoring bias. Dengan memahami faktor-faktor ini, kamu bisa mengelola emosi lebih baik, mengurangi kesalahan, dan meningkatkan peluang mendapatkan profit konsisten.
Untuk mendapatkan informasi terbaru mengenai dunia investasi, jangan lupa untuk follow media sosial BRI Danareksa Sekuritas: Instagram @bridanareksa, YouTube BRI Danareksa Sekuritas, TikTok @bridsofficial, dan Telegram BRIDS Official Channel. Stay updated!
Ingin berinvestasi dengan strategi yang lebih terukur dan bebas dari bias psikologis?
Gunakan aplikasi BRIGHTS by BRI Danareksa Sekuritas yang menyediakan analisis pasar, data emiten, dan fitur trading real-time yang aman serta diawasi OJK.